BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kegiatan bimbingan konseling dapat mencapai hasil yang
efektif bila mana dimulai dari adanya program yang disusun dengan baik.
Penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah adalah seperangkat
kegiatan yang dilakukan melalui berbagai bentuk survei, untuk menginventarisasi
tujuan, kebutuhan, kemampuan sekolah, serta persiapn sekolah untuk melaksanakan
program bimbingan dan konseling.
Program bimbingan berisi rencanan kegiatan yang akan
dilakukan dalam rangka pemberian layanan bimbingan dan konseling. Winkel (1991)
menjelaskan bahwa program bimbingan merupakan suatu rangkaian kegiatan
terencana , terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu.
B.
Tujuan
Memberikan layanan khusus untuk membentuk siswa dalam mengadakan penyesuaian diri.
C.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
program bimbingan di sekolah ?
2.
Bagaimana
peranan guru dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah?
3. Bagaimana Kerja Sama Guru dengan Konselor
dalam Layanan Bimbingan?
BAB II
PROGRAM
BIMBINGAN DI SEKOLAH DAN PERANAN GURU DALAM PELAKSANAANNYA
A.
Program Bimbingan di Sekolah
Program
bimbingan dan konseling merupakan bagian yang terpadu dari keseluruhan program
pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, upaya guru pembimbing maupun berbagai
aspek yang tercakup merupakan bagian tidak dapat dipisahkan dari seluruh bagian
kegiatan yang diarahkan kepada pencapaian tujuan pendidikan di lembaga yang
bersangkutan.
1.
Pengertian Program Bimbingan
Menurut pendapat Hotch dan
Costor yang dikutip oleh Gipson dan Mitchell (1981) program bimbingan dan
konseling adalah suatu program yang memberikan layanan khusus yang dimaksudkan
untuk membentu individu dalam mengadakan penyesuaian diri. Program bimbingan itu
menyangkut dua faktor, yaitu: (1) faktor pelaksana atau orang yang akan
menberikan bimbingan, dan (2) faktor-faktor yang berkaitan perlengkapan,
metode, bentuk layanan siswa-siswa, dan sebagainya. Yang mempunyai kaitan
dengan kegiatan bimbingan (Abu Ahmadi, 1997).
Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya
(1985) menyatakan bahwa program bimbingan yang disusun dengan baik dan rinci
akan memberikan banyak keuntungan , seperti :
a)
Memungkinkan
para petugas menghemat waktu, usaha, biaya, dan menghindari kesalahan-kesalahan,
dan usaha coba-coba yang tidak menguntungkan.
b)
Memungkinkan
siswa untuk mendapatkan layanan bimbingan secara seimbang dan menyeluruh.
c)
Memungkinkan
setiap petugas mengetahui dan memahami peranannya masing-masing.
d)
Memungkinkan
para petugas untuk menghayati pengalaman yang sangat berguna untuk kemajuannya
sendiri.
2.
Langkah-Langkah Penyusunan Program Bimbingan
Dalam
penyusunan program bimbingan perlu ditempuh langkah-langkah seperti dikemukakan
oleh Miller yang dikutip oleh Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) seperti
berikut :
a)
Tahap
Persiapan
b)
Pertemuan-pertemuan
permulaan dengan para konselor yang telah ditunjuk oleh pemimpin sekolah
c)
Pembentukan
panitia sementara untuk merumuskan program bimbingan.
d)
Pembentukan
panitia penyelenggara program.
e)
Penyusunan
program bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya dirumuskan dan
diinventarisasikan berbagai fasilitas yang ada.
f)
Penyusunan
program bimbingan dan konseling hendaknya merumuskan masalah-masalah yang
dihadapi.
Di samping rumusan tentang
langkah-langkah penyusunan program bimbingan sebagaimana dikemukakan itu,
berikut ini dapat pula disajikan langkah-langkah penyusunan program bimbingan
yang sederhana, yaitu :
a)
Mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan sekolah terutama yang ada kaitannya dengan bimbingan.
b)
Setelah data
terkumpul perlu dilakukan penentuan urutan prioritas kegiatan yang akan
dilakukan, dan menyusun konsep program bimbingan yang akan dilakukan dalam kurun
waktu tertentu.
c)
Konsep
program bimbingan dibahas bersama kepala sekolah dan bila perlu mengundang
personel sekolah.
d)
Penyempurnaan
konsep program yang telah di bahas bersama kepala sekolah.
e)
Pelaksanaan
program yang telah direncanakan
f)
Evaluasi
g)
Revisi
3.
Variasi Program Bimbingan menurut jenjang Pendidikan
Winkel
memberikan rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam menyusun program bimbingan
di tingakt pendidikan tertentu, yaitu :
a.
Menyusun
tujuan pendidikan tertentu
b.
Menyusun
tugas-tugas perkembangan dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik
c.
Menyusun
pola dasar sebagi pedoman dalam memberikan layanan
d.
Menentukan
komponen-komponen bimbingan yang diprioritaskan
e.
Menentukan bentuk
bimbingan yang diutamakan
f.
Menentukan
tenaga-tenaga bimbingan yang dapay dimanfaatkan
a.
Pendidikan Taman Kanak-Kanak
Layanan bimbingan dan konseling di
taman kanak-kanak hendaknya ditekankan pada :
a)
Bimbingan
yang berkaitan dengan kemandirian dan keharmonisan dalam menjalin hubungan
social dengan teman sebayanya.
b)
Bimbingan
pribadi.
Di samping
itu, bimbingan untuk taman kanak-kanak perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
psikologis, seperti pemberian kasih sayang dan perasaan
aman.
b.
Program Bimbingan di Sekolah Dasar
Program
kegiatan bimbingan dan konseling untuk siswa-siswa sekolah dasar lebih
menekankan pada usaha pencapaian tugas-tugas perkembangan mereka antara lain
mengatur kegiatan belajarnya dengan bertanggung jawab, dapat berbuat dengan
cara-cara yang dapat diterima oleh orang dewasa serta teman-teman sebayanya,
mengembangkan kesadaran moral berdasarkan nilai-nilai kehidupan dengan
membentuk kata hati (Winkel, 1991).
Gibson dan
Mitchell (1981) mengemukakan beberapa factor yang harus dipertimbangkan,
seperti :
a)
Menekankan
pada aktivitas-aktivitas belajar
b)
Masih
menggunakan sistem guru kelas
c)
Kecenderungan
anak bergantung pada teman sebayanya
d)
Minat orang
tua dominan mempengaruhi nilai kehidupan anak
e)
Masalah-masalah
yang timbul di SD tidak terlalu kompleks.
c.
Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Program
bimbingan dan konseling di SLTP hendaknya berorientasi kepada pencapaian
tugas-tugas perkembangannya. Secara garis besar program bimbingan dan konseling
di SLTP hendaknya berorientasi kepada :
a)
Bimbingan
belajar
b)
Bimbingan
hubungan sosial
c)
Membentuk
kelompok sebaya (peer group)
d)
Tugas-tugas
perkembangan anak usia 12-15 tahun
e)
Bimbingan
karir
d. Program
Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Program bimbingan dan konseling di SLTA hendaknya
dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa, sehingga mereka
dapat mencapai tugas-tugas perkembangan dengan baik. Oleh sebab itu, program
bimbingan di SLTA berorientasi pada :
a)
Hubungan
sosial
b)
Pemberian
informasi pendidikan dan jabatan
c)
Bimbingan
cara belajar
e.
Program Bimbingan di Perguruan Tinggi
Efektivitas dan efesiensi program bimbingan dapat terwujud bila diarahkan
kepada masalah-masalah. Oleh sebab itu, program bimbingan di perguruan tinggi
hendaknya berorientasi kepada :
a)
Bimbingan
belajar di perguruan tinggi atau bimbingan yang bersifat akademik
b)
Hubungan
sosial
4. Tenaga
Bimbingan di Sekolah Beserta Fungsi dan Peranannya
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dari keseluruhan
proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, pelaksanaan bimbingan dan konseling
di sekolah menjadi tanggung jawab bersama antara personel sekolah (Rochman
Natawidjaja dan Moh. Surya 1985). Dengan demikian, diperlukan adanya
keterpaduan dan kebersamaan di antara personel sekolah dalam pelaksanaan
bimbingan.
a. Kepala Sekolah
Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, kepala sekolah
mempunyai tugas sebagai berikut :
a)
Membuat
rencana atau program sekolah secara menyeluruh
b)
Mendelegasikan
tanggung jawab tertentu dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling
c)
Mengawasi
pelaksanaan program
d)
Melengkapi
dan menyediakan kebutuhan fasilitas bimbingan dan konseling
e)
Mempertanggungjawabkan
program tersebut baik di dalam maupun di luar sekolah
f)
Mengadakan
hubungan dengan lembaga-lembaga dalam rangka kerjasama pelaksanaan bimbingan.
b. Konselor
Peran dan tugas konselor di sekolah dalam kegiatan bimbingan dan konseling
adalah :
a)
Menyusun
program bimbingan dan konseling bersma kepala sekolah
b)
Bertanggung
jawab terhadap jalannya program
c)
Memberikan
laporan kegiatan kepada kepala sekolah
d)
Menerima dan
mengklasifikasikan informasi pendidikan
e)
Menganalisis
dan menafsirkan data siswa
f)
Menyelenggarakan
pertemuan staf
g)
Melaksanakan
bimbingan kelompok dan konseling individual
h)
Menilai
proses dan hasil pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling
i)
Melakukan
studi kelayakan
j)
Berkolaborasi
dengan guru mata pelaajran
k)
Mengadministrasikan
kegiatan program pelayanan bimbingan dan konseling.
c.
Wali Kelas
Peran dan tanggung jawab wali kelas adalah :
a)
Mengumpulkan
data tentang siswa
b)
Mengadakan
kegiatan orientasi
c)
Mengobservasi
kegiuatan siswa di rumah
d)
Meneliti
kemajuan dan perkembangan siswa
e)
Bekerja sama
dengan konselor dalam mengadakan pemeriksaan
f)
Berpartisipasi
dalam kegiatan khusus penanganan maslah peserta didik.
d. Guru/Pengajar
Tugas dan tanggung jawab guru dalam kegiatan ini adalah :
a)
Turut serta
aktif dalam membantu mellaksanakan kegiatan program BK
b)
Memberikan
informasi kepada siswa
c)
Meneliti
kesulitan dan kemajuan siswa
d)
Memberikan
layanan intruksional
e)
Mengadakan
hubungan dengan orang tua siswa
f)
Mengidentifikasi
bakat siswa
e.
Petugas Administrasi
Tugas dan tanggung jawab petugas administrasi dalam kegiatan bimbingan dan
konseling adalah :
a)
Mengisi
kartu pribadi siswa
b)
Menyimpan catatan-catatan
dan data lainnya
c)
Menyelesaikan
laporan dan pengumpuilan data tentang siswa
d)
Menyiapkan
alat-alat atau formulir-formulir pengumpulan data siswa

Struktur
Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
B.
Peranan Guru Dalam Pelaksanaan Bimbingan di Sekolah
Peranan guru
dalam bimbingan di sekolah dapat di bedakan menjadi dua, yaitu : (a) tugas
dalam layanan bimbingan dalam kelas dan (b) di luar kelas.
a.
Tugas Guru dalam Layanan Bimbingan di kelas
Rochman
Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) mengemukakan beberapa hal yang harus
diperhatikan guru dalam proses belajar-mengajar sesuai dengan fungsinya dan
pembimbing, yaitu :
a) Perlakuan
terhdap siswa didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai individu, siswa memiliki
potensi untuk dikembangkan dan maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri
untuk madiri.
b) Sikap yang
positif dan wajar terhadap siswa
c) Pemahaman
siswa secara empatik
d) Penerimaan
siswa apa adanya
e) Penghargaan
terhadap martabat siswa sebagai individu
Abu Ahmadi (1977) mengemukakan peran guru sebagai
pembimbing dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, sebagai berikut :
a)
Menyediakan
kondisi dan kesempatan bagi setiap siswa untuk memperoleh hasil yang lebih
baik.
b)
Membantu
memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat, kemampuan dan minatnya.
c)
Mengusahakan
siswa-siswa agar dapat memahami dirinya, kecakapan-kecakapan sikap, minat, dan
pembawaannya.
d)
Mengembangkan
sikap-sikap dasar bagi tingkah laku sosial yang baik.
Di samping tugas-tugas tersebut, guru juga dapat melakukan tugas bimbingan
dalam proses pembelajaran seperti berikut :
a)
Melaksanakan
kegiatan diagnostic kesulitan belajar.
b)
Memberikan
bantuan sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya kepada murid dalam memecahkan
masalah pribadi.
b.
Tugas Guru dalam Operasional Bimbingan di Luar Kelas
Tugas-tugas guru dalam layanan bimbingan di luar kelas antara lain :
a)
Memberikan
pengajaran perbaikan (remedial teaching)
b)
Memberikan
pengayaan dan pengembangan bakat siswa
c)
Melakukan
kunjungan rumah (home visit)
d)
Menyelenggarakan
kelompok belajar
C.
Kerjasama Guru dengan Konselor dalam Layanan Bimbingan
Dalam kegiatan-kegiatan belajar-mengajar sangat diperlukan adanya kerja sama
antara guru dengan konselor demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Rochman
Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) mengutip pendapat Miller yang mengatakan
bahwa :
a)
Proses
belajar menjadi sangat efektif, apabila bahan yang dipelajari dikaitkan
langsung dengan tujuan-tujuan pribadi siswa.
b)
Guru yang
memahami siswa dan masalah-masalah yang dihadapinya, lebih peka terhadap
hal-hal yang dapat memperlancar dan mengganggu kelancaran kelas.
c)
Guru dapat
memperhatikan perkembangan masalah atau kesulitan siswa secara lebih nyata.
Guru juga mempunyai beberapa keterbatasan. Menurut Koestoer Partowisastro
(1982) keterbatasan-keterbatasan guru tersebut antara lain :
a)
Guru tidak
mungkin lagi menangani masalah-masalah siswa yang bermacam-macam, karena guru
tidak terlatih untuk melaksanakan tugas itu.
b)
Guru sendiri
sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkin lagi di tambah tugas yang
banyak untuk memecahkan masalah-masalah siswa.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
program bimbingan dan konseling adalah suatu program yang memberikan layanan
khusus yang dimaksudkan untuk membentu individu dalam mengadakan penyesuaian
diri. Bimbingan dan konseling dilakukan secara bersam dengan personel sekolah
yang sudah mempunyai peran masing-masing dalam melaksanakan program bimbingan
dan konseling.
Untuk dapat menyukseskan misi bimbingan dan konseling diperlukan program yang
komprehensif dan mantap. Oleh karena itu, program bimbingan dan konseling
setiap jenjang pendidikan berbeda satu sama lain sesuai denagn masalah yang di
hadapi siswa masing-masing.
Guru mempunyai peranan yang amat penting dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah.
Hal ini di sebabkan oleh posisi guru yang memungkinkan lebih dekat dengan
siswa, oleh karenanya, guru dapat memerankan bimbingan kepada siswa baik di
dalam maupun di luar kelas.
B.
Saran-Saran
a)
Konselor
b)
Guru-guru
c)
Siswa
DAFTAR PUSTAKA
Soetjipto,
dkk. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta
Sukardi, Ketut Dewa. 2008. Proses Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Penataan
Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur
Pendidikan Formal. Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan,
Universitas Pendidikan Indonesia
Ahmadi, Abu. 1977. Bimbingan dan Penyuluhan di
Sekolah. Semarang: Toha Putra
Mu’awanah, Elfi. 2009. Bimbingan Konseling Islami
di Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara
Juntika Nurihsan, Achmad. 2004. Manajemen Bimbingan
dan Konseling di SMP. Jakarta: Grasindo